Sabtu, 22 Februari 2014

Inilah TERLINTAS

Terlintas itu apa sih…??


Inilah karya pertama saya. Dengan 1 kata yang sangat biasa didengar, diucap, dibaca, atau ditulis. 

TERLINTAS

Sebuah karya, buku sederhana yang isinya tentang….
Jika ditanya tentang apa, sangat mudah sebenarnya dijawab, tapi mungkin tidak mudah dipahami. Seperti yang tertulis di blog ini juga, justru saat halaman muka blog ini muncul, TERLINTAS langsung mendeskripsikan tentang apa yang disuguhkannya. Yaaaa…

Tentang cerita hati. Tentang cerita hidup. Tentang aku, kamu, dia, kami, kita, kalian, mereka. Tentang fiksi dan realita.

Bermula dari sekitar awal 2012, ketika saya selesai membaca novel/cerpen/artikel, menonton film, mendengar lagu, berbincang dengan sahabat, bahkan melamun, saya sering menemukan satu kalimat kesimpulan versi saya sendiri, yaaa.. mungkin bisa dibilang kata-kata mutiara, kalimat petuah, kata-kata bijak, kalimat motivasi, atau pernyataan kegalauan :D tentang apa yang baru saya alami dari kegiatan tersebut, dan kemudian di setiap kalimat kesimpulan itu saya tandai dengan tagar #terlintas di akun twitter saya.

Di luar prediksi saya, selalu ada yang me-retweet kalimat-kalimat tersebut, ga bermaksud langsung besar kepala, tapi lebih kepada saya senang ketika tulisan hasil pemikiran saya diapresiasi dengan retweet-an teman-teman di twitter. Saya cukup bangga dengan hal itu. Tentu saja masih kalah jauh dengan selebtwit yang tentu apa saja yang disampaikan mereka pasti banyak yang retweet. Hehe..

Poin pertama saya… saya senang ketika tulisan singkat saya dengan tagar #terlintas diapresiasi dalam bentuk retweet. Saya pun selalu terpacu untuk menuliskan kalimat-kalimat lainnya, tentu saja bukan tanpa alasan atau bukan tanpa ada “hal” dibalik #terlintas tersebut. Yaaa… bisa dipastikan ketika #terlintas muncul di tweet saya, berarti saya baru saja menyimpulkan satu hal entah itu dari membaca, menonton, mendengar lagu, hasil curhatan teman, bahkan hasil kontemplasi saya sendiri :)

Dan selanjutnya, pernah ada kompetisi mengumpulkan tweet pribadi untuk kemudian dibukukan. Maka, saya pun turut andil. Saya pikir tweet #terlintas saya sudah mencukupi untuk dikumpulkan dan diikutsertakan. Saya lupa bentuk persayaratan detailnya seperti apa. Tapi ketika tweet-tweet saya dkumpulkan, tweet #terlintas saya tak memenuhi persyaratan. Maka saya pun mundur perlahan.

Nah.. disini poin keduanya. Saya sudah mengumpulkan tweet #terlintas saya. Setelah gagal berkompetisi, tweet-tweet saya mau diapain? Saya pandangi saja di draft word laptop…? Aahh.. ga berubah jadi apa-apa juga. Tapi saya masih tetap terus nge-tweet #terlintas setiap saya mendapatkan kalimat-kalimat baru dan menambahkannya di draft saya.

Sampai suatu saat, pernah saya nge-tweet lagi dengan tagar #terlintas, setelahnya seorang sahabat bertanya ada apa dengan saya. Tentu saja saya tidak sedang kenapa-kenapa, karena yang saya tweet adalah berkenaan dengan obrolan saya dengan sahabat saya yang lain. Bukan karena saya yang mengalaminya. Tapi hanya coba menyimpulkan hasil perbincangan kami. Maka disinilah poin ketiga saya, poin selanjutnya yang mulai merubah drastis semuanya. Ternyata beberapa potong kalimat di twitter tak dapat dimaknai dengan cepat dan mudah. Yaaa… berkenaan dengan tweet-tweet #terlintas saya, ada yang mau tau kenapa tweet itu bisa muncul.

Maka… saya pun berinisiatif membuat blog (yang sedang kamu baca ini ^_^) untuk menjelaskan apa yang sudah #terlintas.

Mulai dari hanya mengembangkan cerita di balik #terlintas yang seliweran di twitter, saya semakin tertantang untuk mengonsep blog ini. Maka tak hanya pengembangan dari tweet, terkadang, yang terlintas di benak saya langsung saya tuangkan di blog ini dalam bentuk puisi. Koleksi skesta sederhana saya, saya tambahi narasi yang lagi-lagi terlintas begitu saja, pun saya tuangkan ke blog ini.

Sudah terkumpul beberapa tulisan di blog, dan ada beberapa lagi di draft word laptop saya yang belum di-publish, kemudian saya teringat akan satu website yang dipromosikan sahabat saya, dimana website tersebut bisa membantu penerbitan buku indie. Maka niat awal sederhana yang akan berbagi cerita lewat blog pun berkembang menjadi keinginan untuk membuat buku. Dan menjadi impian besar saya kala itu.

Awal 2013. Saya mulai secara perlahan mengumpulkan dengan rapi tiap tulisan, menyusunnya, meng-edit, hingga sesuai dengan ketentuan penerbitan buku di website tersebut.

Akhir 2013, materi dirasa cukup. Dengan sebelumnya meminta komentar beberapa orang sahabat atas materi buku saya, revisi sedikit, kirim naskah, sempat revisi cetak (huhuhu),,

akhirnyaaaa… terbitlah buku TERLINTAS di 11 Desember 2013 yang diterbitkan secara mandiri (self publishing) oleh www.nulisbuku.com

Kalau di blog ini ada 15 cerita, di buku ada 32 cerita. Cerita yang mungkin kamu pernah alami, cerita yang mungkin masih fiksi bagi saya tapi pernah kamu alami secara nyata, cerita hidup saya yang mungkin juga seperti cerita hidupmu, maka nikmatilah setiap lembar kisah di buku ini.

Akhir kata…

Terimakasih untuk siapa saja dan apa saja yang sudah menjadi inspirasi dalam tulisan-tulisan saya.
Terimakasih untuk siapa saja kamu yang sudah mengapresiasi tulisan saya, baik pembaca blog, penjejak komentar, apalagi yang membeli bukunya :D

Yang masih penasaran sama bukunya bisa hubungi saya >> di twitter @cimoeci atau email ke cimoeci@gmail.com ^_^  Bisa juga via web nulisbuku ke >> sini
 
In Shaa Allah, akan ada terus tulisan-tulisan saya untuk sekedar menghibur atau menambah bahan bacaan kamu-kamu, di blog ini, di blog saya yang satunya >> cimoeci.blogspot.com , atau mungkin next book (Amiin ^^)

Salam,

Jumat, 09 Agustus 2013

Ketika Tersakiti

Aku terdiam sesaat setelah kalimat itu dilontarkan olehnya. Bahkan setelahnya, aku masih butuh waktu untuk mencerna apa yang sudah terjadi. Gadis yang selama ini aku harapkan ternyata tak mengharapkanku pada akhirnya. Setelah ada usaha maksimal untuk aku memperjuangkannya. Setelah ada doa yang tak pernah terputus untuk berharap agar dia menjadi pilihan terakhirku. Tapi, kenyataan berkata tak sesuai keinginanku.

Dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan terbaik yang berusaha kami bangun. Apapun alasannya, aku hargai itu. Tak ada hal yang harus dipaksakan. Aku sudah berjuang semampuku, dan dia, aku yakin juga sudah berusaha semampunya.

Aku sakit, tentu saja. Kadang aku malah masih tak mampu mempercayai apa yang sudah terjadi. Tapi waktu terus berjalan. Waktu tak dapat menunggu. Rasa sakit yang ada cukup untuk membuatku bangkit menjadi yang lebih baik. Aku tak perlu membiarkan waktu menikmati rasa sakitku. Justru biarkan waktu membantu menyembuhkan sakitku. Ada kekuatan untuk bangkit dibalik rasa sakit yang pernah ada. Dan aku yakin, aku punya kekuatan itu.  






Karena ada rasa yang beda.
Rasa yang luar biasa ketika merasa tersakiti.
 

Minggu, 04 Agustus 2013

Dan Kadang Teringat Meski Malas Mengingat


Sederet kalimat di status facebook atas nama akunmu tiba-tiba saja muncul di beranda facebook-ku. Kamu yang telah menghilang sekian lama. Tak pernah aku tahu kabarmu via telepon, sms, ataupun dunia maya. Tapi kini kau muncul kembali. Dan seketika saja kenangan akanmu melintas begitu saja. Aahh… aku tak pernah mau mengingatnya lagi, dan aku cukup berhasil kala itu.

Tapi kini ingatanku akanmu hebat sekali. Kebersamaan kita, perjalanan kita, tawa dan canda kita, dahulu. Yaaa… aku harap ini hanya sebentar. Euforia sesaat ketika melihat keberadaanmu melalui dunia maya. Aku cukup tahu saja kalau kamu baik. Dan jika kita pun harus saling berkomunikasi lagi, aku rasa cukup saling sapa, bertanya kabar, dan tak lebih. Karena kita punya kehidupan masing-masing yang jauh lebih baik dari apa yang pernah kita lewati bersama.

Minggu, 23 Juni 2013

Lembaran Foto dan Rindu

Meski kadang menyesakkan,, lembaran foto tetap menjadi memori yang mendatangkan rindu.


 Look at this photograph
Every time I do it makes me laugh
Every time I do it makes me... 


I miss that town
I miss the faces
You can't erase
You can't replace it
I miss it now
I can't believe it
So hard to stay
Too hard to leave it

^The Photograph - Nickelback^

Kamis, 09 Mei 2013

Ketika Sama-sama Tahu Tapi Tak Tersampaikan, Bukan Berarti Ada Yang Salah

“ Tuhan, aku sangat mencintainya. Jaga dia, berikan segala yang terbaik untuknya. Terimakasih untuk rasa yang Engkau anugerahkan ini. Dan sampaikan rasa ini kepadanya Tuhan. Aku tau Engkau menganugerahkan rasa yang sama untuknya terhadapku. Yaa… mungkin terdengar sok tau. Tapi aku tak mungkin menyimpan rasa ini begitu lama, jika bukan karena-Mu, jika bukan karena Kau yang meyakinkan aku bahwa dia juga mencintaiku.”
-gadis berkerudung, di sudut kota, dalam sepertiga malam-



“Tuhan, aku mencintainya. Tapi kenapa aku tidak punya cukup keberanian untuk menyampaikan rasa ini? Dalam doa ini aku hanya berharap Engkau selalu menjaga dan melindunginya, dalam setiap langkah kakinya, dalam setiap nafasnya. Terimakasih untuk rasa ini, rasa yang hanya Engkau yang tau sampai kapan rasa ini menggelayutiku, dan rasa yang hanya Engkau yang tau kapan aku bisa menyampaikannya.”
-lelaki dewasa, di heningnya kota, dalam sepertiga malam-